Thanos (Josh Brolin) seorang Mad Titan akhirnya harus turun tangan untuk melengkapi koleksi infinity stones dengan tangannya sendiri bersama dengan pengikut setianya, Black order yang terdiri dari Proxima Midnight (Carrie Coon), Ebony Maw (Tom Vaughan-Lawlor), Corvus Glaive (Michael James Shaw), dan Cull Obsidian (Terry Notary). Dimulai dengan menghancurkan pesawat yang membawa bangsa Asgardian pasca kejadian Ragnarok. Bukan tanpa sebab Thanos menyerang pesawat penyelamat ini, karena di dalamnya, Loki membawa space stone yang menjadi incaran Thanos. Begitu juga dengan 2 infinity stones yang terdapat di bumi, time stone yang dijaga oleh Dr. Strange dan mind stone yang ada di tubuh Vision. Dengan adanya keberadaan 2 inifinty stones ini, berarti sekali lagi bumi, tidak, bahkan mungkin seluruh semesta berada dalam keadaan yang terancam, karena itu akhirnya Avengers, Dr. Strange dan Guardians of the Galaxy bersatu untuk mencegah Thanos mengumpulkan semua infinity stone dan menjentikan jarinya, di mana separuh alam semesta menjadi taruhannya.
10 Tahun sudah Marvel Cinematic Universe berjalan, dimulai dari tahun 2008 dengan film Iron Man. Sebuah perjalanan panjang untuk sebuah dunia dengan kontinuitas antar film. Dan film ke-19 ini juga seperti menjadi akhir dari perjalanan 10 tahun itu, karena akhirnya super villain utama datang untuk melawan para superhero Marvel. Tapi bukan perkerjaan yang mudah mengingat sudah banyaknya karakter-karakter superhero yang ada dan juga keterbatasan durasi.
Tapi semua itu dijawab oleh Russo Bersaudara di film ini dengan mempunyai alur cerita yang rapi dan dijahit secara perlahan untuk mendapatkan susunan cerita yang detail. Bahkan pada beberapa plot masih mengambil refrensi dari film-film Marvel sebelumnya. Dan ini seperti membuat kita hanya menonton kesatuan film yang hanya dipisahkan oleh episode-episode. Begitu dengan pembagian porsi untuk puluhan karakter, bagian komedi, bagian aksi, dan bagian dramanya juga terasa pas tanpa ada yang berlebihan.
Bisa dibilang kali ini Marvel berani mengambil keputusan "Out of the box" dari kebanyakan formula film-film Marvel sebelumnya. Membuat penjahat sebenernya untuk film ini lebih cocok jatuh kepada para tim produksi Marvel. Penjahat yang menyiksa penonton dengan terpuaskan karena membuat emosi penonton dipermainkan naik turun dengan cepat seperti saat naik roller coaster. Dan ini memang gila, tapi nyatanya mereka berhasil.
Tidak seperti villain-villain pada film Marvel sebelumnya, di mana para penjahatnya sangat underpowered, kali ini Thanos terlihat sangat perkasa sebagai seorang super villain. Walaupun backstory Thanos tidak diceritakan secara mendetail, tapi dengan jelas kita bisa melihat motif utama dari Thanos. Dan sebagai karakter yang disimpan selama 10 tahun, film Marvel kali ini tidak mengecewakan dalam urusan villain-nya, dari segi motif, karakter maupun power-nya. Bisa dikatakan kali ini Thanos adalah villain terbaik MCU. Sayangnya hal ini tidak berlaku untuk pengikut terbaik Thanos, para Black Order. Di sini sayangnya mereka tampil hanya sebagai pelengkap, tidak lebih berkesan, dan underpowered dari kemampuan yang bisa mereka keluarkan.
Di luar semua kekurangan film ini, bisa dibilang film ini sukses sebagai perayaan 10 tahun Marvel Studio. Bahkan kekurangan film ini juga sama sekali tidak mengurangi keberhasilan film ini. Sebuah proyek crossover paling ambisius yang pernah dibuat. Walaupun dengan durasi 2.5 jam, tapi film ini tidak terasa sebagai sebuah film yang panjang karena penuhnya film ini. Bahkan ketika film ini berakhir pun, seakan menyihir penonton dengan elemen kejutannya. Selain itu film ini juga berhasil mengecoh pentonton, seakan belajar dari pengalaman kali ini Marvel membuat trailer yang jauh berbeda dari filmnya. Tidak itu saja, bahkan teori-teori yang tersebesar di internet juga banyak yang patah begitu saja. Menjadikan film ini adalah film luar biasa, membangun hype penonton dan terus membangun hype untuk menyihir penonton terus menunggu film keluaran film Marvel Studio selanjutnya.
Leave a Comment.