Sepuluh tahun setelah ditutupnya celah di samudera pasifik yang menjadi gerbang kedatangan monster kiriman alien bernama Kaiju, kini umat manusia bisa sedikit bernafas lega. Dalam kurun waktu sepuluh tahun ini juga manusia mulai berbenah untuk melakukan perbaikan dan membangun kembali kota-kota yang telah dihancurkan oleh Kaiju. Begitu pun dengan Jake Pentecost (John Boyega), anak dari Jendral Stacker Pentecost (Idris Elba), seorang pahlawan yang telah mengorbankan nyawanya untuk menutup celah di dasar laut samudera pasifik. Tak mau hidup di bawah bayang-bayang sang ayah di kamp militer, membuat Jake menikmati hidupnya dengan bersenang-senang sekaligus menjual part-part Jaeger secara ilegal di pasar gelap, jauh dari kehidupan militer seperti ayahnya.
Ditengah pekerjaannya mencuri part-part Jaeger, Jake tak sengaja bertemu dengan Amara Namani (Cailee Spaeny), seorang remaja yang berhasil membuat Jaeger mini. Sayangnya kepemilikan Jaeger ilegal ini justru menyeret Amara dan Jake ke dunia militer. Mereka berdua direkrut "paksa" atas kriminal yang mereka lakukan, Amara harus mengikuti pelatihan pilot Jaeger, sedangkan Jake harus melatih para pilot muda Jaeger. Disaat yang bersamaan Liwen Shao (Tian Jing) juga membuat proyek untuk menggantikan pilot Jaeger dengan drone.
Hengkangnya Guillermo del Toro dari proyek Pacific Rim Uprising ini membuat hasil yang sangat terasa berbeda. Hasilnya antara Pacific Rim pertama dan sekuelnya seperti bumi dan langit. Jika yang pertama lebih mengedepankan bagaimana manusia mempertahankan nasibnya dari Kaiju dengan teknologi robot canggih bernama Jaeger, sedangkan yang kedua walaupun tujuannya masih sama tapi eksekusinya yang buruk membuat film ini tidak berkesan tak ubahnya seperti Ultraman atau Mega Zord yang mengalahkan monster raksasa.
Sebenarnya karakter utama di film ini adalah Jake dan Amara, tapi akibat dari lemahnya cerita untuk karakter mereka berdua, seakan membuat film ini ingin hanya mempunyai satu karakter utama, dan mereka berdua harus bersaing untuk siapa yang akan menjadi karakter utamanya. Akibatnya kemistri dari dua karakter ini sering naik dan anjlok turun. Bahkan buruknya kemistri bukan hanya antara dua karakter itu saja, buruknya kemistri antara Jake dan Mako Mori juga seakan membuat mereka hanya seperti kerabat lama yang baru bertemu lagi setelah sekian lama, bukan sebagai saudara tiri yang mempunyai hubungan baik yang erat. Dan yang terburuk adalah kemistri Amara dan teman-teman kadetnya yang terasa "meh" sekali.
Begitu dengan plot ceritanya yang jelek, entah kenapa cerita Pacific Rim Uprising harus di-downgrade sedemikian parah seperti ini. Ditambah lagi dengan plot hole yang bertebaran semakin membuat kacau film ini. Konflik-nya juga terasa sangat dangkal. Satu lagi faktor yang membuat kacau film ini adalah bagian scoring-nya yang sering kali terdengar hanya untuk beberapa detik dan kemudian hilang tanpa sempat memberikan emosi kepada penonton. Padahal theme dari Pacific Rim ini sangatlah memorable.
Di luar banyaknya kekacauan film ini, Jaeger masih menjadi faktor penyelamat. Walaupun pergerakannya tidak sedemikian reaslistis seperti di film pertamanya, Jaeger di sini masih tetap sama mengagumkan. Sayangnya tidak dengan Kaiju yang kekuatannya seakan melempem di film ini. Secara keseluruhan setelah menton film ini membuat konflik batin untuk mengatakan film ini seharusnya mendapat rating di bawah 6 dengan segala keburukannya dan film ini masih tetap worth untuk ditonton hanya karena faktor dari Jaeger, wajah Cailee Spaeny, dan keringat yang keluar dari Jing Tian.
Leave a Comment.